Konser NIdji di Pontianak



Konser NIDJI dipontianak dilangsungkan di STADION sultan syarif abdurahman, tanggal 9 JUNI 2008
HAL YANG PALING MENYEBALKAN DARI KONSER OUTDOOR.... COPET, DESAK2AN DAN SEMPROTAN AIRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR..... PAS DIKUPING...... (HARUSNYA PAKE SPRINKLE DONG.... JANGAN PAKE SELANG!!!)


NIH DIA!! sekilas tentang NIDJI
NIDJI

Giring – vokal
Rama – gitar
Ariel – gitar
Randy – keyboard
Andro – bass
Adri – drum

Blind Melon pernah mengklaim kalo tiga adalah angka ajaib. Tapi buat Nidji, rasanya hal itu enggak berlaku. Kalikan dua dulu, barulah angkanya jadi bertuah.

Tuah pertama, coba saja hitung jumlah personelnya.

Tuah kedua, angka itu merujuk pada jumlah bulan yang sempat mereka jalani untuk ngamen di sebuah mal di Jakarta. Sebelum akhirnya, aksi mereka menarik perhatian seorang petinggi Musica Studio’s, yang kemudian menggiring mereka masuk studio rekaman.

Resmi berdiri sekitar Februari 2002, nama Nidji berasal dari bahasa Jepang yang berarti pelangi.

“Soalnya kalo diliat-liat, latar musikalitas kami tuh beda-beda. Ada yang metal, new wave, britpop macam U2 atau Radiohead, bahkan jazz. Udah kayak pelangi. Makanya nama itu yang kami pake,” jelas Ariel (baca: ari-yel), sang gitaris.

Sejak awal band yang para personelnya lahir dan besar di Jakarta ini sudah mencanangkan diri buat masuk dunia rekaman. Maka, mereka giat membuat lagu-lagu sendiri.

Namun, antara angan dan kenyataan sering enggak sejalan. Instead of langsung rekaman, mereka kudu membiasakan diri sama kerasnya persaingan antar band di ibukota. Frekuensi manggung yang bisa diitung jari tangan, jadi makanan sehari-hari.

“Delapan puluh-duapuluh deh. Delapan puluh persen latihan, yang duapuluhnya manggung… Hahahaha!” celetuk Ariel, diamini personel lain.

Toh hal itu enggak membuat semangat mereka surut. Tetep aja mereka ngumpul bikin lagu dan nawar-nawarin demo ke siapa aja.

“Sering banget kejadian, kalo ada acara, gue sama Rama sok kenal sama pak siapa dari label mana gitu, trus ngasih demo sama dia… Nggak tau malu banget deh…,” bilang Adri, drummer yang jebolan sekolah musik Farabi.

Sekitar akhir 2004, talenta Nidji dilirik oleh seorang produser musik independen. Di tangannya, mereka sempat merilis mini-album berisi 2 lagu. Cuma dicetak sekitar 500 keping, mini album berbahasa Inggris itu ternyata laris manis. Singel Heaven pun sempat jadi jawara di chart independen beberapa radio swasta beken di Jakarta.

“Heaven buat kami tuh ibarat cerminan enerjinya Nidji. Almost perfect deh. Dari segi lirik maupun musik. Kami selalu enjoy maininnya,” ungkap Rama, gitaris yang sampe saat ini masih nyambi sebagai penyiar di sebuah radio swasta di Jakarta.

“Makanya kami ngotot buat masukin lagu ini ke album ini. Biarpun konsekuensinya kami musti take ulang, dan sedikit diubah aransemennya,” timpal Giring, yang membuat sebagian besar lagu Nidji.

Lain halnya dengan Child. Dibuka sama denting piano yang memainkan satu not secara repetitif plus entakan drum sebagai ground, singel ini langsung mengingatkan kita pada Coldplay. Lafal british Giring yang nyaris sempurna dalam menyanyikan lirik dalam bahasa inggris, plus timbre dan cengkoknya yang mirip-mirip orang bule, makin memperkuat kesan itu.

“Kami emang terpengaruh banget sama band-band British. Salah satunya Coldplay. Tapi kami nggak pernah kepikiran untuk meniru musik mereka. Apalagi berusaha menjadi mereka.”

“Musik Nidji adalah musik kami, yang kami buat sendiri, dengan segala latar belakang yang beda itu. Kalo akhirnya kami dibilang mirip, ya biar aja…,” repet Giring.

Giring nggak asal omong. Seluruh lagu yang ada di album debut Breakthru’ bisa jadi bukti.

Diproduseri oleh Noey Java Jive (Peterpan, Letto), lewat album yang dibesut sejak awal tahun lalu ini Nidji bener-bener ngebuktiin kalo mereka bukanlah semata imitator Coldplay. Lebih dari itu, mereka adalah band yang serius menggauli dan lalu memantek british sebagai akar musik mereka.

Jadi jangan heran kalo di satu lagu kita dibawa untuk merenung dalam nuansa yang dingin namun ramah ala Embrace (Manusia Sempurna, Jika Kau dan Aku).

Lalu di lagu lain kita diajak untuk sedikit mengentakkan kaki sembari memupuk sedikit optimisme dalam atmosfer anthemic ala Keane (Hapus Aku, Engkau).

Jangan kaget pula kalo setelah puas merenung tau-tau kita dibawa berjingkrak dalam balutan new wave ala The Killers atau Interpol (Disco Lazy Time, Breakthrough).

Yap. Sekali lagi british. Bukan (hanya) Coldplay!

Bermodal kekayaan gramatikal inggris yang mereka punyai, label yang menaungi mereka berani merilis album debut ini dalam 2 versi: full- Inggris dan campuran Indonesia-Inggris. Harapannya nggak lain adalah supaya talenta Nidji nantinya nggak hanya bergema di negeri ini. Tetapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapur, Thailand, Filipina, Korea dan beberapa negara lagi yang to be confirmed. Plus lagu-lagu dari album mereka juga bisa dibeli lewat I Tunes.

Berhasilkah? Waktu yang bakal membuktikan. But in the meantime, let’s welcome Indonesia’s one and only…. Nidji.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.