Festival budaya < Cap Go Me


Kenapa saya menulis judulnya festival budaya? Yah karena ini tidak ada hunbungannya dengan ritual agama tertentu, semua orng boleh menonton festival ini tanpa terkecuali, saya kurang setuju jika memperdebatkan masalah agama, saya lebih suka melihatnya sebagai tontonan biasa yang menghibur mata. Yang namanya pawai pasti menhadirkan keramaian dan banyak orang dan tentu saja banyak warna warna yang terang dan menyenangkan.

Saya bisa merasakan kehebohan ini lagi, walaupun sebenarnya cap go meh kurang pas tanpa kehadiran tatung, tapi ya sudahlah. Yang penting ada pawai dan saya bisa menonton, dan tentu saja ada hal seru buat bisa dinikmati . lalu cap go meh sendiri apa? Sekali lagi jika anda ingin ke Pontianak atau Singkawang, anda harus menyiapkan waktu lebih panjang untuk menyiapkan tiket pesawat, akomodasi atau transportasi atau ingin sekaligus membeli paket wisata 


Asal usul Cap Go Meh dengan tradisi pasang lampionnya pun juga Konon dimulai pada tahun 180 Sebelum Masehi, disaat Dinasti Han Barat Kaisar Han Wendi naik takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Sebagai ungkapan perayaan penobatan, Kaisar Han Wendi memutuskan dan menjadikan tanggal 15 bulan pertama sebagai hari raya lampion. Kaisar mempunyai kebiasaan keluar istana untuk berjalan-jalan Pada malam tanggal 15 bulan pertama setiap tahun dan merayakan festival bersama rakyat. Hingga Pada tahun 104 Sebelum Masehi, Festival Cap Go Meh secara resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional. Keputusan itu membuat skala Festival Cap Go Meh meningkat lebih lanjut. Menurut peraturan, setiap tempat umum dan setiap keluarga diharuskan memasang lampion berwarna-warni. Dan di jalan-jalan utama dan pusat kebudayaan juga digelar pameran lampion besar-besaran secara meriah. Seluruh rakyat, baik tua maupun muda, pria maupun wanita semuanya mendatangi pameran lampion untuk menyaksikan lampion dan tarian lampion naga. Mereka juga bisa ikut permainan menebak teka-teki.
Cap Go Meh mulai dirayakan di Indonesia sejak abad ke 17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan.
Menurut catatan kitab sejarah, lampion paling spektakuler adalah Lampion Aoshandeng yang dibuat pada masa Dinasti Song abad ke-10. Aoshan adalah gunung tinggi di lautan yang dalam dongeng kuno diceritakan bahwa gunung Aoshan terapung-apung mengikuti gelombang laut. Untuk membuat Gunung Aoshan dapat berdiri stabil, Kaisar Khayangan memerintahkan 15 ekor kura-kura untuk menyokongnya. Dongeng itu menceritakan bahwa saat itu rakyat merancang lampion Aoshan secara besar-besaran dengan beberapa kura-kura berukuran besar menggendongnya. Di atas gunung itu dinyalakan ribuan lampion, dan di atas permukaan lampion-lampion itu dihiasi batu, pohon, patung dan lukisan. Di atas gunung lampion itu, para pemusik memainkan musik, dan di depan gunung itu juga dibangun sebuah panggung untuk menggelar pertunjukan tari.


Lampion warna warni yang dipasang pada Festival Cap Go Meh kebanyakan dibuat dari kertas berwarna terang. Lampion bernama “zoumadeng” atau lampion kuda berlari adalah salah satu jenis lampion yang paling menarik. Konon lampion itu sudah bersejarah seribu tahun lamanya.
Negara barat menyebut Cap Go Meh sebagai pesta karnaval etnis Tionghoa, Hal itu terkait karena pawai yang dirayakan umumnya dimulai dari Kelenteng. Kelenteng sendiri adalah nama untuk tempat ibadah “Tri Dharma”(Buddhism , Taoism dan Confuciusm) secara keseluruhan.
Penyebutan kelenteng kini berubah jadi Vihara. Hal ini disebabkan pemerintah yang tidak mengakui Kong Hu Chu sebagai agama. Padahal Vihara yang sebenarnya merupakan sebutan bagi rumah ibadah agama Buddha. Kelenteng bukanlah nama sebutan yang berasal dari bahasa China, Kelenteng diambil dari kata kelintingan yang bearti lonceng kecil dan berasal dari bahasa Jawa. Karena bunyi-bunyian ini sering terdengar keluar dari Kelenteng, maka mereka menamakannya Kelenteng.
Juga dikenal sebagai acara pawai menggotong joli Toapekong untuk diarak keluar dari Kelenteng. Toapekong (Hakka = Taipakkung, Mandarin = Dabogong) berarti secara harfiah eyang buyut untuk makna kiasan bagi dewa yang pada umumnya merupakan seorang kakek yang sudah tua. “Da Bo Gong” ini sebenarnya adalah sebutan untuk para leluhur yang merantau atau para pioner dalam mengembangkan komunitas Tionghoa. Jadi istilah Da Bo Gong itu sendiri tidak dikenal di Tiongkok.
Akhirnya kemeriahan festival cap go meh bisa saya rasakan lagi diPontianak, menyenangkan bisa menikmati acara ini kembali, acara satu tahunan yang diadakan di kota Pontianak, setiap hari ke 15 setelah perayaan imlek. Seru dan benar-benar ramai. Permulaan ritual ini biasanya dilakukan di kelenteng Kwan ti bio, para pemain meminta restu terlebih dahulu sebelum memulai permainan dan meminta roh dewa naga agar turun dan masuk kedalam naga buatan. setelah ritual selesai barulah naga tersebut bolaeh dimainkan dan diarak keliling kota.
Dalam aliran modern saat ini permainan ini tidak mengkaitkan dengan upacara keagamaan sama sekali, karena menurut suku tiong hoa sekedar asesories untuk tari atau media entertainment saja, sama sepert payung digunakan untuk tari payung, atau topeng yang digunakan untuk tarian topeng.
Tarian naga (liong) disebut “Nong Long”. Binatang mitologi ini selalu digambarkan memiliki kepala unta, bertaring serigala dan bertanduk menjangan.


Naga di Cina dianggap sebagai dewa pelindung, yang bisa memberikan rejeki, kekuatan, kesuburan dan juga air. Air di Cina merupakan lambang rejeki, karena kebanyakan dari mereka hidup dari bercocok tanam, maka dari itu mereka sangat menggantungkan hidupnya dari air. Semua kaisar di Cina menggunakan lambang naga, maka dari itu mereka duduk di singgasana naga, tempat tidur naga, dan memakai pakaian kemahkotaan naga. Orang Cina akan merasa bahagia apabila mendapatkan seorang putera yang lahir di tahun naga.
Kita bisa melihat apakah naga ini adalah lambang dari seorang kaisar ataukah bukan melalui jumlah jari di cakarnya. Hanya kaisar yang boleh menggunakan gambar naga dengan lima jari di cakarnya, sedangkan untuk para pejabat lainnya hanya 4 jari. Bagi rakyat biasa yang menggunakan lambang naga cakarnya hanya boleh memiliki 3 jari saja. Naga itu memiliki tiga macam warna, hijau, biru dan merah, dari warna naga tersebut kita bisa melihat kesaktiannya. Naga warna kuning adalah naga yang melambangkan raja.


Pada umumnya untuk tarian naga ini dibuatkan naga yang panjangnya sekitar 35 m dan dibagi dalam 9 bagian, tetapi ketika mereka menyambut tahun baru millennium di China pernah dibuat naga yang panjangnya 3.500 meter dan dimainkannya di atas Tembok Besar China.
Namun adakalanya Naga tidak dihormati oleh tradisi Cina. Sebab apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat untuk membalas dendam atau mendemo sang Naga yang tidak mau menurukan hujan, seakan-akan kaum tani tersebut ingin membuat sang naga merasakan panas dan kering musim kemarau.


Nah setelah permainan ini berakhir, maka tepat hari ke 16< naga tersebut harus dibakar karena roh naga yang telah dipanggil harus dikembalikan kembali keasalnya. Ritual ini sendiri harus segera dilakukan setelah permainan berakhir. Masih ada kemeriahan lain seperti permainan barongsai dan permainan budaya lainnya. Buat anda yang berada diluar Kalimantan barat, harus memesan tiket atau paket wisata jauh jauh hari karena harganya akan sangat mahal sekali termasuk penginapan dan makan, terutama jika anda ingin berkunjung kesingkawang. Akan lebih berat lagi perjuangan anda menuju kesana
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.